NILAI KEHIDUPAN 3 (PENUTUP) - DOSEN SPESIAL

Kamis, 06 Februari 2014

NILAI KEHIDUPAN 3 (PENUTUP)


Alhamdulillah kita bisa ketemu lagi dengan tulisan serial NILAI KEHIDUPAN. Tulisan ini sekaligus menutup serial ini...Dan menjadi awal implementasinya dalam kehidupan. Selamat membaca:

Seringkali dalam kehidupan ini kita dihadapkan pada berbagai rubrik yang sangat kompleks. Namun tetap harus dicari solusinya berdasarkan daya pikir kita secara maksimal.  Misalnya saja ada seseorang yang menganggap bahwa dunia ini hanya hiasan semata, bersifat sementara, uang/materi tidak dibawa mati serta segudang anggapan yang lain.  Akibatnya mesjid menjadi tempat “persembunyian” mereka.  Padahal bisa jadi ini karena kegagalan mereka mendefinisikan dan menerjemahkan dalam bentuk aktivitas terhadap nilai-nilai yang ingin diraih. Pemahaman seperti ini terjadi karena kebanyakan maklumat sabiqoh yang diterima sejak kita kecil bersifat negatif, seperti uang merusak persahabatan dan persaudaraan, uang itu kotor, orang kaya itu sombong, dan kata kata lain yang bermuara pada kesimpulan bahwa uang adalah akar masalah.
Dengan kondisi pemahaman seperti ini, wajar saja, banyak diantara saudara kita kaum muslimin “mengesampingkan” salah satu nilai yang lain.  Hanya nyaman ketika mereka bersentuhan dengan SALAH SATU dari nilai ini yaitu nilai humanitis (Qimah Al  Insaniyyah), atau nilai moral (Qimah Khuluqiah), dan terutama nilai spiritual (Qimah Ruhiyyah).
Padahal jika kita menganalisa hukum hukum syara’ yang memerintah kita melakukan perbuatan tertentu, kita akan menemukan bahwa kita harus seimbang dalam mengusahakan keempat nilai-nilai di atas. Islam tidak mengajarkan kita fokus hanya pada nilai ruhiyyah dan melupakan nilai-nilai yang lain, demikian juga sebaliknya. Saat ini banyak saudara kita yang fokus bahkan mengajak saudaranya yang lain ikut fokus hanya ke nilai ruhiyyah saja, mereka hanya bicara sholat, zakat, dan ibadah maghdhoh yang lain. Memang, bukan berarti kita tidak boleh fokus ke nilai ruhiyyah, tetapi kita juga harus ingat bahwa ada nilai-nilai yang lain yang juga harus kita usahakan dalam hidup kita. 
Melakukan aktivitas untuk memiliki uang, tabungan, rumah, kendaraan, dan nilai yang berbentuk benda dan materi. Hal ini juga telah diperintahkan oleh Allah SWT dengan  memerintahkan kita untuk melaksanakan aktivitas jual beli, bekerja, ataupun membentuk syirkah.   Nilai materi ini juga berkaitan dengan ketiga nilai yang lain. Misalnya dengan uang, kita bisa pergi haji, membayar zakat, bersedekah, membantu orang yang dalam kesusahan, memberikan pendidikan yang baik kepada anak kita, dan banyak hal positif lain yang bisa kita lakukan dengan uang.
Jika uang beredar di tangan orang orang yang shalih maka tidak mungkin mereka membuat bisnis karoke, panti pijit, judi on line, dan aktivitas yang dimurkai oleh Allah. Bahkan ketika uang beredar di tangan orang orang yang sholih maka yang terjadi adalah uang dimanfaatkan di jalan Allah. Mari kita tke belakang ke 1.400 tahun yang lalu, ketika dakwah Rasulullah di dukung oleh para pengusaha seperti Abu Bakar As Shidiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, banyak yang sudah mereka lakukan dengan harta mereka untuk tegaknya Islam di muka bumi ini. Para sahabat Rasul ini telah menorehkan tinta emas dalam sejarah kegemilangan Islam.
Seseorang yang beraktivitas untuk memenuhi nalurinya ingin dihargai dengan memiliki jabatan, pangkat yang merupakan penampakan naluri mempertahankan diri adalah sesuatu yang dapat dimengerti.  Penampakan naluri ini bisa saja ingin merealisasikan nilai yang ada baik salah satunya ataupun lebih dari satu. Jika saja ini berada ditangan orang yang memiliki pemahaman islam yang benar, maka penampakan naluri-naluri tersebut tidak akan memberikan kerusakan.  Lihat saja bagaimana kisah sukses para khalifah yang memiliki teritorial yang sangat luas. Khalifah Umar bin Khaththab ra. Membangun rumah tepung untuk melayani umat.  Guru-guru yang mengajar umat diberi gaji 15 dinar setiap bulan.  Umar bin Abdul Aziz yang mengurus harta shodaqah dan infak ternyata berlebihan karena tidak menemukan orang kesulitan. Munculnya ilmuwan berkaliber internasional seperti Al Khawarizmi, Jabar Ibnu Hayyan, Ibnu Khaldun, Al Haitsami, Ibnu Sina, Ibnu Batutta yang karya-karya menginspirasi perkembangan pengetahuan modern hingga saat ini.  Artinya mereka tidak hanya berhenti pada satu aspek nilai saja.  Tapi berusaha merealisasikan semua nilai yang ada dengan baik.  

Kaidah Kesuksesan Aktivitas
Untuk mendapatkan kesuksesan yang hakiki dari aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan jasmani perlu diketahui adanya KAIDAH AMALIYAH.  Mengapa kaidah ini penting? Karena jika keimanan yang menjadi landasan sahih, motivasi, tujuan, maksud aktivitas juga sahih, tetapi tidak dilakukan dengan kaidah amaliyyah yang tidak sahih, perbuatan tersebut juga tentu tidak akan berhasil dengan baik.  Karena itu, Allah SWT, bukan hanya memerintahkan agar perintah-Nya dikerjakan dan larangan-Nya ditinggalkan, tetapi juga memerintahkan agar apa yang diperintahkan dan dilarang itu terlaksana dengan baik.  Misalnya Allah SWT tidak hanya menghalalkan jual beli, tetapi juga menurunkan petunjuk agar proses jual beli itu bernilai maksimal baik di dunia maupun diakhirat.  Allah SWT mengabarkan bahwa umat ini adalah UMAT YANG TERBAIK, disisi yang lain memberikan panduan bagaimana menjadi umat terbaik tersebut.  Allah SWT memerintahkan untuk berjihad, disisi lain Allah SWT memerintahkan kaum muslimin menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin agar aktivitas tersebut terlaksana dengan baik dan berhasil dengan gemilang. Allah SWT memerintahkan untuk menjadi pemimpin keluarga, masyarakat, dan umat, sekaligus menurunkan pedoman bagaimana hal itu diraih dan memberikan hasil yang maksimal.  
Menurut Hafiz Abdurrahman dalam bukunya Diskursus Islam Politik dan Spiritual dijelaskan Kaidah dalam melakukan aktivitas adalah:
1.        Dibangun berdasarkan pemikiran dan kesadaran.  Artinya bahwa aktivitas yang kita laksanakan harus dibangun melalui proses berfikir tertentu
2.        Untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya bahwa aktivitas kita dilakukan untuk meraih nilai tertentu.  Jika seseorang melakukan aktivitas tanpa ada tujuan yang jelas, yaitu untuk memwujudkan nilai tertentu, maka aktivitas orang tersebut hanya igauan belaka. Akibatnya mustahil aktivitas tersebut dilakukan dengan baik, benar dan sempurna hingga berhasil memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya. Orang ini akan senantiasa penuh dengan kegelisahan batin dan tidak konsisten dalam melaksanakan aktivitasnya.
3.        Dibangun berdasarkan keimanan atau keyakinan. Artinya keimanan secara mutlak kepada rukun iman serta qadha dan qadar.  Keimanan seorang muslim, bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang dikerjakannya, baik lahir maupun batin, sehingga aktivitas dilakukan dengan sepenuh hati dan agar berhasil dengan baik.  Jika dia gagal dalam merealisasikan tujuannya  setelah melakukan hukum sebab-akibat, dia akan sadar bahwa hal itu merupakan ketetapan yang harus diterimanya dengan lapang dada.  Tidak putus asa, dan terus melakukan usaha untuk mencapai tujuannya hingga berhasil.  Hal ini akan memberikan pengaruh pada diri seseorang dalam mewujudkan dan merealisasikan tujuan-tujuan (nilai) tertentu, tidak akan mengalami tekanan batin hinggra menjadi stress atau mengalami depresi.
Ketiga kaidah inilah yang mengantarkan kejayaan umat islam dahulu, meskipun hanya dengan sarana transportasi kuda, dan keledai.  Belum ada alat-alat modern seperti telepon, televisi, pesawat dan sebagainya.  Namun mereka telah berhasil menguasai dunia.  Semua ini dapat dicapai oleh kaum muslimin karena mereka memahami dengan benar bagaimana mereka harus beraktivitas.

Namun dari semua nilai yang akan dicapai, nilai spirituallah yang akan mengantarkan pada pencapaian nilai yang lain.  BIOSPIRIT akan membawa Anda bagaimana nilai spiritual ini akan menjadi dorongan yang dinamis dalam meraih nilai-nilai yang lain. Ingat bahwa nilai spiritual ini memiliki dimensi yang lebih luas karena memberikan dorongan agar aktivitas yang dilaksanakan tidak hanya sukses secara duniawi namun dapat memberikan kesuksesan di akhirat nanti.  Cobalah kita simak ayat berikut yang memberikan penegasan bahwa nilai spiritual itulah yang tertinggi: 
“Katakanlah (Muhammad):”Jika orang-orang tua kalian, anak-anak kamu, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga-keluarga kalian, harta-harta benda yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah akan menurunkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At Taubah:24)
Memang nilai spiritual ini tidak dapat terlihat oleh mata, namun kekuatan yang paling tinggi dan melebihi apapun bukanlah kemampuan melihat dengan mata.  Akan tetapi kemampuan melihat dengan Keyakinan.  Inilah rahasia yang dipegang oleh umat islam pilihan dari masa ke masa.  TERIMA KASIH (LS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar