Alhamdulillah kita bisa ketemu lagi dengan tulisan serial NILAI KEHIDUPAN. Tulisan ini sekaligus menutup serial ini...Dan menjadi awal implementasinya dalam kehidupan. Selamat membaca:
Seringkali dalam kehidupan ini kita dihadapkan pada berbagai rubrik yang sangat kompleks. Namun tetap harus dicari solusinya berdasarkan daya pikir kita secara maksimal. Misalnya saja ada seseorang yang
menganggap bahwa dunia ini hanya hiasan semata, bersifat sementara, uang/materi
tidak dibawa mati serta segudang anggapan yang lain. Akibatnya mesjid menjadi tempat
“persembunyian” mereka. Padahal bisa
jadi ini karena kegagalan mereka mendefinisikan dan menerjemahkan dalam bentuk
aktivitas terhadap nilai-nilai yang ingin diraih. Pemahaman seperti ini terjadi
karena kebanyakan maklumat sabiqoh
yang diterima sejak kita kecil bersifat negatif, seperti uang merusak
persahabatan dan persaudaraan, uang itu kotor, orang kaya itu sombong, dan kata
kata lain yang bermuara pada kesimpulan bahwa uang adalah akar masalah.
Dengan kondisi pemahaman seperti
ini, wajar saja, banyak diantara saudara kita kaum muslimin “mengesampingkan”
salah satu nilai yang lain. Hanya nyaman
ketika mereka bersentuhan dengan SALAH SATU dari nilai ini yaitu nilai humanitis (Qimah
Al Insaniyyah), atau nilai moral (Qimah Khuluqiah), dan
terutama nilai spiritual (Qimah Ruhiyyah).
Padahal jika kita menganalisa hukum hukum
syara’ yang memerintah kita melakukan perbuatan tertentu, kita akan menemukan
bahwa kita harus seimbang dalam mengusahakan keempat nilai-nilai di atas. Islam
tidak mengajarkan kita fokus hanya pada nilai ruhiyyah dan melupakan nilai-nilai
yang lain, demikian juga sebaliknya. Saat ini banyak saudara kita yang fokus
bahkan mengajak saudaranya yang lain ikut fokus hanya ke nilai ruhiyyah saja,
mereka hanya bicara sholat, zakat, dan ibadah maghdhoh yang lain. Memang, bukan
berarti kita tidak boleh fokus ke nilai ruhiyyah, tetapi kita juga harus ingat
bahwa ada nilai-nilai yang lain yang juga harus kita usahakan dalam hidup
kita.
Melakukan aktivitas untuk memiliki
uang, tabungan, rumah, kendaraan, dan nilai yang berbentuk benda dan materi.
Hal ini juga telah diperintahkan oleh Allah SWT dengan memerintahkan kita untuk melaksanakan
aktivitas jual beli, bekerja, ataupun membentuk syirkah. Nilai materi ini juga berkaitan dengan ketiga
nilai yang lain. Misalnya dengan uang, kita bisa pergi haji, membayar zakat,
bersedekah, membantu orang yang dalam kesusahan, memberikan pendidikan yang
baik kepada anak kita, dan banyak hal positif lain yang bisa kita lakukan
dengan uang.
Jika uang beredar di tangan orang
orang yang shalih maka tidak mungkin mereka membuat bisnis karoke, panti pijit,
judi on line, dan aktivitas yang
dimurkai oleh Allah. Bahkan ketika uang beredar di tangan orang orang yang
sholih maka yang terjadi adalah uang dimanfaatkan di jalan Allah. Mari kita tke
belakang ke 1.400 tahun yang lalu, ketika dakwah Rasulullah di dukung oleh para
pengusaha seperti Abu Bakar As Shidiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan,
Abdurrahman bin Auf, banyak yang sudah mereka lakukan dengan harta mereka untuk
tegaknya Islam di muka bumi ini. Para sahabat Rasul ini telah menorehkan tinta
emas dalam sejarah kegemilangan Islam.
Seseorang yang beraktivitas untuk
memenuhi nalurinya ingin dihargai dengan memiliki jabatan, pangkat yang merupakan
penampakan naluri mempertahankan diri adalah sesuatu yang dapat
dimengerti. Penampakan naluri ini bisa
saja ingin merealisasikan nilai yang ada baik salah satunya ataupun lebih dari
satu. Jika saja ini berada ditangan orang yang memiliki pemahaman islam yang
benar, maka penampakan naluri-naluri tersebut tidak akan memberikan kerusakan. Lihat saja bagaimana kisah sukses para
khalifah yang memiliki teritorial yang sangat luas. Khalifah Umar bin Khaththab
ra. Membangun rumah tepung untuk melayani umat.
Guru-guru yang mengajar umat diberi gaji 15 dinar setiap bulan. Umar bin Abdul Aziz yang mengurus harta
shodaqah dan infak ternyata berlebihan karena tidak menemukan orang kesulitan.
Munculnya ilmuwan berkaliber internasional seperti Al Khawarizmi, Jabar Ibnu
Hayyan, Ibnu Khaldun, Al Haitsami, Ibnu Sina, Ibnu Batutta yang karya-karya menginspirasi
perkembangan pengetahuan modern hingga saat ini. Artinya mereka tidak hanya berhenti pada satu
aspek nilai saja. Tapi berusaha
merealisasikan semua nilai yang ada dengan baik.
Kaidah Kesuksesan Aktivitas
Untuk mendapatkan kesuksesan yang hakiki
dari aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan jasmani perlu
diketahui adanya KAIDAH AMALIYAH.
Mengapa kaidah ini penting? Karena jika keimanan yang menjadi landasan
sahih, motivasi, tujuan, maksud aktivitas juga sahih, tetapi tidak dilakukan
dengan kaidah amaliyyah yang tidak sahih, perbuatan tersebut juga tentu tidak
akan berhasil dengan baik. Karena itu,
Allah SWT, bukan hanya memerintahkan agar perintah-Nya dikerjakan dan
larangan-Nya ditinggalkan, tetapi juga memerintahkan agar apa yang
diperintahkan dan dilarang itu terlaksana dengan baik. Misalnya Allah SWT tidak hanya menghalalkan
jual beli, tetapi juga menurunkan petunjuk agar proses jual beli itu bernilai
maksimal baik di dunia maupun diakhirat.
Allah SWT mengabarkan bahwa umat ini adalah UMAT YANG TERBAIK, disisi
yang lain memberikan panduan bagaimana menjadi umat terbaik tersebut. Allah SWT memerintahkan untuk berjihad,
disisi lain Allah SWT memerintahkan kaum muslimin menyiapkan kekuatan
semaksimal mungkin agar aktivitas tersebut terlaksana dengan baik dan berhasil
dengan gemilang. Allah SWT memerintahkan untuk menjadi pemimpin keluarga,
masyarakat, dan umat, sekaligus menurunkan pedoman bagaimana hal itu diraih dan
memberikan hasil yang maksimal.
Menurut Hafiz Abdurrahman dalam
bukunya Diskursus Islam Politik dan Spiritual dijelaskan Kaidah dalam melakukan
aktivitas adalah:
1.
Dibangun berdasarkan pemikiran dan
kesadaran. Artinya bahwa aktivitas yang kita laksanakan harus
dibangun melalui proses berfikir tertentu
2.
Untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya bahwa aktivitas kita
dilakukan untuk meraih nilai tertentu.
Jika seseorang melakukan aktivitas tanpa ada tujuan yang jelas, yaitu
untuk memwujudkan nilai tertentu, maka aktivitas orang tersebut hanya igauan belaka.
Akibatnya mustahil aktivitas tersebut dilakukan dengan baik, benar dan sempurna
hingga berhasil memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya. Orang ini akan
senantiasa penuh dengan kegelisahan batin dan tidak konsisten dalam
melaksanakan aktivitasnya.
3.
Dibangun berdasarkan keimanan atau
keyakinan. Artinya
keimanan secara mutlak kepada rukun iman serta qadha dan qadar. Keimanan seorang muslim, bahwa Allah Maha
Tahu atas apa yang dikerjakannya, baik lahir maupun batin, sehingga aktivitas
dilakukan dengan sepenuh hati dan agar berhasil dengan baik. Jika dia gagal dalam merealisasikan
tujuannya setelah melakukan hukum
sebab-akibat, dia akan sadar bahwa hal itu merupakan ketetapan yang harus
diterimanya dengan lapang dada. Tidak
putus asa, dan terus melakukan usaha untuk mencapai tujuannya hingga
berhasil. Hal ini akan memberikan
pengaruh pada diri seseorang dalam mewujudkan dan merealisasikan tujuan-tujuan
(nilai) tertentu, tidak akan mengalami tekanan batin hinggra menjadi stress
atau mengalami depresi.
Ketiga
kaidah inilah yang mengantarkan kejayaan umat islam dahulu, meskipun hanya
dengan sarana transportasi kuda, dan keledai.
Belum ada alat-alat modern seperti telepon, televisi, pesawat dan
sebagainya. Namun mereka telah berhasil
menguasai dunia. Semua ini dapat dicapai
oleh kaum muslimin karena mereka memahami dengan benar bagaimana mereka harus
beraktivitas.
Namun dari semua
nilai yang akan dicapai, nilai spirituallah yang akan mengantarkan pada
pencapaian nilai yang lain. BIOSPIRIT
akan membawa Anda bagaimana nilai spiritual ini akan menjadi dorongan yang
dinamis dalam meraih nilai-nilai yang lain. Ingat bahwa nilai spiritual ini
memiliki dimensi yang lebih luas karena memberikan dorongan agar aktivitas yang
dilaksanakan tidak hanya sukses secara duniawi namun dapat memberikan
kesuksesan di akhirat nanti. Cobalah
kita simak ayat berikut yang memberikan penegasan bahwa nilai spiritual itulah
yang tertinggi:
“Katakanlah
(Muhammad):”Jika orang-orang tua kalian, anak-anak kamu, saudara-saudara
kalian, istri-istri kalian, keluarga-keluarga kalian, harta-harta benda yang
kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah
dan rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah akan
menurunkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik.” (QS At Taubah:24)
Memang nilai spiritual ini tidak
dapat terlihat oleh mata, namun kekuatan yang paling tinggi dan melebihi apapun
bukanlah kemampuan melihat dengan mata.
Akan tetapi kemampuan melihat dengan Keyakinan. Inilah rahasia yang dipegang oleh umat islam
pilihan dari masa ke masa. TERIMA KASIH (LS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar